Thursday, February 16, 2012

Gelap di Mata Terang di Hati

Foto saat TryOut Desember tahun 2011
Membaca dan menulis adalah dua hal yang saling berkaitan. Berdasarkan wahyu Allah yang pertama diturunkan, kata Iqra yang menjadi bermakna, bacalah. Jelas dan sangat gambalang di dalam al-quran mewajibkan untuk membaca. Dari membaca berkembang menjadi menulis, seperti pada zaman Nabi, quran ditulis oleh sahabat di berbagai media, karena Rasulullah adalah insan yang 'ummi (tidak bisa membaca dan menulis).
begitu pun dengan kita, pertama kali yang diajarkan adalah untuk membaca. Diantaranya adaah membaca suasana, membaca apa yang didengar dan apa yang kita lihat sedari masih kecil. Kemudian berusaha menirukannya, dan ketika beranjak beasr, kita belajar menulis.
Namun bagaimana dengan mereka yang diberi kekurangan fisik tak dapat melihat? apakah merek juga bisa seperti yang lainnya? Pada kenyataanya bisa. Bahkan mereka bisa bersaing dengan yang normal. Salah satu madrasah inklusi di Yogyakarta adalah jawabannya. MAN Maguwoharjo, atau sekarang dikenal dengan MAN 2 Sleman tempatnya.
Pengalaman saat masih berada di sana, saya dicalonkan menjadi ketua OSIS. Saat proses sosialisasi, semua calon ketua OSIS diminta untuk berorasai di depan warga sekolah. Majulah saya menyampaikan visi misi yang akan dibawa jika terpilih menjadi ketua OSIS. Tak disangka, enam bulan berlalu setelah orasi tersebut, saya sering berjalan dengan salah satu kakak kelas yang kebetulan berkebutuhan khusus. Saat itu saya mau antar ke kosannya. Mbak Dina namanya.
"Eh, kamu kan Nurul Farida ya?" Tanya Mbak Dina
"Hehehe, iya mbak, kok mbak bisa tau dan kenal, dari mana? saya aja malah bekum kenal sama mbak." Jawabku terheran-heran dan kebingungan.
"Waah, ya tahu to, kamu kan yang ikut orasi ketua OSIS waktu itu kan?" Jawab Mbak Dina dengan senyum lebarnya, seolah kenal sekali denganku.
"Hehehe, iya mbak." Jawabku malu sambil mengingat-ingat waktu itu.
Betapa kagetnya, karena merasa belum mengenal Mbak Dina, tapi kok seperti mengenliku hanya dengan sekali mendengar. Itupun melalui pengeras suara yang bisa saja suaraku berubah. Dan kagum lagi karena jarak yang lama perbincangan ini antara orasinya. Setengah tahun lebih, ya, lama kan? Mungkin ini keadilan yang Allah berikan untuk mereka. diberikan daya ingat yang istimewa dan mudah menyerap suara-suara.
Lambat laun mengamati kakak kelas yang berkebutuhan khusus itu, ternyata istimewa. Meski mata tak melihat indahnya dunia, namun hatinya begitu menyala, menatap ke mana saja. gelap di mata mereka, terang di hatinya.

Tuesday, February 14, 2012

Ketika Siswa Membaca

Selama ini, banyak siswa yang mengeluhkan prestasinya di sekolahan. Setiap kali ditanya oleh guru, jawaban yang terucap adalah lupa. Selain itu juga, adanya siswa yang belajar hanya di sekolahan saja. Hal ini tentu membuktikan kalau mereka malas untuk belajar, bahkan sekedar membaca. Padahal ketika mereka membaca, otomatis mereka belajar. jika membaca saja malas, otak juga malas untuk berfikir ilmiah.

Slogan membaca adalah jendela dunia, semua mengetahuinya. hanya saja dalam praktek nyata masih nol besar. Terbukti dengan minat baca yang masih rendah. Anak-anak masih senang dengan gawainya daripada bukunya.

Menurut ajaran agama sendiri, menbaca adalah perintah pertama yang ada. Iqro', itulah wahyu yang pertama turun kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan membaca, akan mengetahui banyak hal. dengan membaca mengerti agama. Dengan membaca akan mendapatan ilmu. Dengan ilmu, bisa meraih dunia dan akhirat.

Kalau firman Tuhan sudah dijadikan landasan dalam menjalani kehidupan, maka membaca adalah kewajiban. Dengan membaca, menjadi solusi atas permasalahan. Kalau siswa rajin membaca, tentu menambah banyak pengetahuan.

Kalau menurut Liang Gie "Dengan ketrampilan membaca itu, setiap pelajar dapat memasuki dunia kelilmuan yang penuh pesona, memahami khazanah kearifan yang banyak hikmat dan mengembangkan berbagai ketrampilan lainnya yang amat berguna untuk kelak sukses dalam hidup. Aktivitas membaca yang terampil akan membukakan jendela pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam dan lorong keahlian yang lebar di masa depan". (Seni Membaca untuk Studi, The Liang Gie: Hal.10)

Selain hal tersebut, membaca juga menjaga kewarasan. Karena di dalam otak terdapat banyak sel yang belum terhubung. Dengan membaca, sel-tersebut akan saling mengait dan nyambung. Dengan demikian fikiran lebih terjaga dan tidak mudah lupa.

Lalu bagaimana supaya jatuh cinta dengan membaca? baiknya diawali dengan membaca apa yang disukai, selebihnya, jika memang membutuhkan, tentu harus mencintai apa yang dibaca, supaya rasa dalam hati lebih mengena, dan apa yang dibaca lebih bermakna.

Thursday, February 2, 2012

Adab dalam Serat Wulang Reh


Dalam islam di ranah Jawa, khususnya Jawa yang berbahasa Jawa, banyak karya pujangga hebat dalam berbagai nama. Salah satu di antaranya adalah Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IV dengan Serat Wulang Rehnya. Wulang adalah ajaran, sedangkan Reh adalah memerintah. Maksudnya, serat ini mengandung banyak perintah kepada anak cucu untuk bekal menjalani kehidupan.

Yang menarik di sini adalah banyaknya ajaran yang sejalan dengan ajaran Islam. Seperti santri yang mengaji dengan kitab kuningnya. Isinya tidak jauh berbeda, hanya kemasannya yang berbeda. Hal ini juga disebabkan karena sang maestro juga seorang santri.