Saturday, July 8, 2017

Pola Asuh Balita Berbasis Tradisi Jawa

Panduan Pola Asuh Balita Berbasis Tradisi Jawa
Oleh: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat DIY
Tahun 2003 tebal 161 Halaman.

Masa balita adalah masa yang baik untuk menanamban nilai-nilai kebaikan supaya bisa tertanam dengan baik dan menjadi karakter seorang anak. Aspek oerkembangan anak diantarannya perkembangan kognitif, emosi, sosial, motorik dan bahasa. Selain itu juga perlu diingat nilai luhur apa saja yang harus ditanamkan kepada anak, diantaranya adalah:

1. Cinta Tuhan dan segwnap ciptaanNya
2. Kemandirian dan tanggung jawab
3. Kejujuran dan bertanggung jawab
4. Hormat dan santun
5. Dermawan, suka tolong menolong dan gotong royong
6. Percaya diri dan pekerja keras
7. Kepemimpinan dan keadilan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi, kedamaian

Selain itu juga anak perlu diajari untuk mengerti situasi, supaya bisa empan papan, menyesuaikan dirinya dengan sekitar. Khususnya anak jaman sekarang perku disikapi dengan nontoni, niteni, niroake, dan nambahi. Selain itu juga perlu selalu menanamkan nilai pituur luhur dari sesepuh untuk membangun jiwa sang anak.

Sekarang sedikit membahas tentang tradisi jawa ketika masih di dalam kandungan. Orang jawa biasanya ada acara ngapati, yaitu selametan kehamilan dalam usia 4 bulan. Kenapa demikian, maksudnya adalah mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas kehamilan yang selamat. Selain iu juga ada yang meyakinibpada empat bulan ini ruh ditiupkan, meskipun ada banyak versi kapan ruh ditiupkan ya.

Selain itu juga ada mitoni, atau tujuh bulanan, maksudnya juga sama, ucapan syukur, selain itu juga sebagai pengingat bahwa kelahiran anak semakin dekat, dwngan harapan mendapat PITUlungan dari Tuhan.
Pada bagian ini ada beberapa pola asuh stimulatif, berikut diantaranya:
Usia 0-3 bulan
Media yang digunakan : mainan yang dapat berbunyi
Langkah ini dilakukan untuk merangsang anak mengenali suara
Selain itu juga berikan respon senyuman di setiap lirikannya kepada anda
Usia 3-6 bulan
Media yang digunakan: mainan yang berbunyi, mainan kecil
Harapannya anak bisa mencari arah dari mana suara dibunyikan, selain itu juga belajar meraih mainan kecil yang bisa dipegangnya. Bisa memainkannya, memindah mainannya dari tangan kanan ke kiri.
Usia 6-9 bulan
Media yang digunakan: kain, mainan yang berbunyi
Harapannya anak bisa diajak bermain cilukba, mengikuti suara benda jatuh
Usia 9-12 bulan
Pada usia ini anak diajarkan untuk bertepuk sambil bernyanyi, menanggapi permainan verbal. Ajari melambaikan tangan (da daaah) juga belajar untuk berjalan.
Usia 12-15 bulan
Media yang digunakan: gambar yang menarik, mobil-mobilan, benda kecil, bola
Dengan media ini anak dilatih untuk belajar mengambil benda yang dimaksud. Belajar bermain sambil bersuara, semisal bermain mobil mengikuti suara mobil brumm brumm tin tiiin. Juga mengajari anak melempar bola secara terarah.
Usia 15-18 bulan
Media yang digunakan : gelas plastik, bola, sepatu, baju dll
Harapannya anak dapat menyebut dua benda berbeda, minum dari gelas sendiri, menunjukkan pakaiaannya.
Usia 18-21 bulan
Media: boneka, mainan yang menarik perhatian anak
Harapannya anak dapat memahami instruksi dengan model boneka. Misal boneka mau duduk di sini, minta anak untuk mendudukkannya. Selain itu juga anak dapat menywbutkan barang yang ditunjuk.
Usia 21-24 bulan
Media: boneka, pensil warna, kertas, balok
Harapannya anak dapat menyebut anggota badan, belajar mulai dari boneka kemudian aplikasi ke badan sendiri. Anak mampu membuat coretan di kertas dengan pensil warnanya. Dengan kubus, anak dapat memainkannya dengan menyusun menjadi bangunan dan sebagainya untuk membangun imaji.
Usia 24-30 bulan
Ajari anak melompat, mendurujan beberapa balok menjadi bangunan, mengerti perintah sederhana semisal diminta menutup pintu. Jangan lupa memberikan pujian jika dilakukan dengan baik.
Usia 30-36 bulan
Anak diajari mengetahui namanya dan orangtuanya. Ajari anak membuat atau meniru gambar apa yang disukainya, berikan pujian seberapapun usahanya.
Usia 36-42 bulan
Anak diajarkan untuk bisa membedakan sesuatu mulai dari hal kecil di sekitanya. Anak belajar mengerti haus, minum, lapar, makan
Usia 42-48 bulan
Anak mulai mengenal perbedaan bentuk, analogi berlawanan semisal ayah - ibu, kakak - adik
Usia 48-54 bulan
Anak diajarkan untuj mengerti kegunaan dari panca indra dan lainnya. Anak belajar membuka kancing baju sendiri
Usia 54-60 bulan
Anak diajarkan mengenal berhitung dengan media semisal balok. Ajari anak mencari gambar dengan bagian yang tidak lengkap.

Selain hal ini, banyak juga reminder bagi ortu untuk memperhatikan anak terutama pad akemajuan zaman ini. Mengapa sebaiknya anak tidak didekatkan dengan televisi dan perangkat elektro lainnya. Karena media ini mengandung 5 unsur, warna, suara, gambar, gerakan, dan cahaya. Ketika kelima hal ini terus terpapar pada anak, akan menjadikan anak kurang responsif, semisal anak akan tidak respon ketika dipanggil, dan hal ini sudah banyak terjadi.

Selain itu juga, dapat pula menyebabkan gangguan perilaku, perhatian, agresivitas dan Ob pada anak. Bisa juga anak akan terganggu aspek verbalnya. Anak bisa jadi malas bergerak, kurang mandiri, cepat lelah dan sulit bersosialisasi.

Bagaimana memberikan pujian yang tepat?
Berikan pujian dengan senyuman dan tanpa berlebihan, karena pujian berlebihan akan membuat anak bingung mana yang baik karena merasa semua yang dilakukan baik, bagaimana tidak, lah wong selalu mendapat pujian.

Mengapa ortu tidak boleh membandingkan anaknya?
Setiap anak memiliki keunukan tersendiri, sekalipun dia kembar. Ketika anak dibanding-bandingkan, ia akan merasa tertekan dan mendapat tuntutan harus seperti si dia. Yang baik adalah mengenali potensi lalu memberikan semangat atau sugesti bahwa ia bisa berhasil kalau mau berusaha.
Mengapa tidak boleh memberi label buruk?
Label kepada anak merupakan salah satu pembentuk perilaku anak, juga bisa menjadi doa looh. Anak jadi merasa memang buruk sehingga perilaku buruk itu menjadi kebiasaan.

Bagaimana jika anak nangis meronta?
Usahakan tidak berteriak kepada anak, dan berkata pelan bahwa apa yang dilakukan kurang baik. Semisal menangisnya karena meminta mainan yang tidak penting, berikan alasan bahwa iti tidak penting, masih banyak hal lain yang lebih penting.
Mengapa tidak boleh langsung menuruti kemauan anak?
Hal ini untuk melatih pengwndalian diri anak, supaya anak juga tidak manja.

Mengapa perlu memberi kesempatan anak gunakan panca indra untuk kenal lingkungan?
Karena ketika membatasi anak dapat menghambat stimulasi pada setiap tahap tumbuh kembangnya.
Nah, yang terahir akan memberikan sesikit manfaat dari permainan tradisional yang saat ini banyak ditinggalkan.

Cublak - cublak suweng : membantu menstimulasi gerakan motorik anak, melatih hubungan sosial, dan sportivitas.
Dakon : melatih kesabaran dan menerima kekalahan (sportivitas). Selain itu juga latihan finger dexterity (ketangkasan jari)
Jamuran : melatih karakter dan emosi anak dari aspek sportivitas dan memecahkan masalah dalam kelompok.
Engklek : mengajarkan untuk sabar, sportivitas, keseimbangan, dan berinteraksi.
Dhelikan (petak umpet) : melatih stimulasi dalam mengambil keputusan (di mana mau bersembunyi) bersosialisasi, dan melatih gerak anak (berlari).
Demikian, semoga bermanfaat.